Kelas Konservasi

Mengelola foto dan video hasil dari survei menggunakan kamera intai




Ryan Avriandy


Forum Harimaukita | April 2024

Tujuan

Presentasi ini akan membahas mengenai;

  • Memberikan gambaran umum mengenai pengelolaan data kamera intai

Limitasi

Ada banyak cara dalam pengelolaan data, yang akan disajikan dalam presentasi ini adalah yang biasa kami lakukan

Alur kerja kamera intai

Skenario yang sering terjadi;

  • Kamera yang dipasang tidak dilengkapi dengan catatan lapangan yang konsisten dan lengkap.
  • Hasil yang diperoleh disalin ke komputer dalam struktur folder yang tidak teratur.
  • Rekaman ditulis secara manual ke dalam lembar kerja (Excel).
  • Sisa foto tidak dilanjutkan identifikasinya.

Data kamera intai

  1. Foto / video
  2. Data pemasangan (kapan + dimana)
  3. Hubungan antara (1) dan (2)

Data pemasangan kamera

Esensial

  • Nama stasiun

  • Kordinat setiap stasiun

  • Tanggal pemasangan kamera

  • Tanggal kamera berhenti bekerja

Diupayakan

  • Kolom lainnya (Informasi lingkungan disekitar pemasangan kamera)

Prosedur Pengelolaan Data

Scotson et al. 2017 meninjau berbagai macam prosedur dan perangkat lunak yang ada untuk mengelola data kamera intai.

Dalam panduan ini, kami mengadopsi protokol pengelolaan data kamera pengintai menggunakan ‘camtrapR’ karena;

  • Gratis

  • Kapasitas penyimpanan tidak terbatas*

  • Fleksibilitas untuk analisis data yang lebih kompleks

Alur Kerja Pengelolaan Data

Alur kerja pengelolaan data dengan ‘camtrapR’ dibagi menjadi lima bagian

Organisir Data Kamera Intai:Langkah ke-1

Setelah mengunduh data dari kamera intai, kelola data tersebut dengan hirarki folder sebagai berikut;

  • Nama lanskap

  • Nama proyek / lokasi survei

  • Images_raw

  • Nama stasiun

  • Foto/Video

Organisir Data Kamera Intai:Langkah ke-2

Cadangkan data tersebut kedalam folder baru dan biarkan data `mentah/raw` tetap tersimpan sebagai cadangan atau rujukan apabila terdapat kesalahan dalam proses organisir data

  • Nama lanskap

  • Nama proyek / lokasi survei

  • Images_renamed

  • Nama stasiun

  • Foto/Video

Organisir Data Kamera Intai:Langkah ke-3

Mengganti nama setiap foto/video sehingga setiap data memiliki nama yang unik dan informatif untuk mempermudah proses verifikasi dari lembar data

Dalam camtrapR dapat menggunakan fungsi ‘imageRename()’

Data tersebut akan diganti dengan format; NamaStasiun_YYY-MM-DD__HH-MM-SS(n).JPG

Identifikasi spesies / individu

Dari data mentah yang sudah disalin pada langkah ke-3, lakukan proses identifikasi dengan memindahkan foto ke dalam hirarki folder sebagai berikut;

  • Images_renamed

  • Nama stasiun

  • Nama spesies

  • Foto/Video

Identifikasi spesies - tips

  • Identifikasi semua spesies
  • Identifikasi hingga takson terendah
  • Berikan nama unik untuk spesies yang belum bisa diidentifikasi hingga tingkat spesies



  • Burung
  • Unidentified
  • Pitta sp1
  • Paok sp1

— Step 1 —
Memproses data kamera intai

Instalasi perangkat lunak yang dibutuhkan

Komponen penting yang diperlukan untuk menggunakan camtrapR adalah perangkat lunak R studio dan Exiftool. Penjelasan dan langkah instalasi R studio dapat dilihat pada tautan berikut ini ‘Panduan instalasi Rstudio.

Instalasi Exiftool

Exiftool digunakan untuk membaca dan menulis metadata dari gambar dan video. Untuk menggunakannya, unduh melalui situs ini; ‘Exiftool’ dengan cara sebagai berikut;.

  • Pastikan mengunduh file stand-alone executable.

  • Ekstrak berkas unduhan dari format (.zip).

  • Ubah nama file “exiftool(-k).exe” yang terdapat di dalamnya menjadi “exiftool.exe”

  • Simpan pada direktori “C:/Windows”

Pastikan untuk mengikuti langkah-langkah tersebut agar dapat menggunakan exiftool dengan benar dan efektif.

Memuat pengaturan awal

# Membuat daftar paket yang dibutuhkan
package.list=c("exiftoolr", "camtrapR", "tidyverse", "lubridate", "sf", "mapview", "unmarked", "secr", "knitr", "kableExtra", "overlap")

# Mengunduh seluruh paket yang belum ada dan memuatnya kedalam sistem
for (package in package.list) {
  if (!require(package, character.only=T, quietly=T)) {
    install.packages(package)
    library(package, character.only=T)
  }
}

Mengatur tempat penyimpanan data

Mengunduh semua data yang dibutuhkan pada tautan ini; simulasi_fhk_kk_ct Setelah itu ekstrak data yang dibutuhkan dan simpan ke dalam satu folder simulasi data.

Membuat cadangan data dan mengganti namanya

Jalankan skrip dibawah ini untuk membuat cadangan data dan mengganti nama file foto/video

# Mengatur lokasi folder untuk analisis
setwd("D:/simulasi_fhk/Round_1") #bisa diganti untuk directory yang berbeda

# Mengatur lokasi folder kamera intai yang mau dianalisis
images_raw <- "D:/simulasi_fhk/Round_1/images_raw"

# Mengatur lokasi folder kamera intai yang akan diganti nama filenya
images_renamed <- "D:/simulasi_fhk/Round_1/images_renamed"

# Salin foto kamera intai ke dalam folder baru dan mengganti nama filenya
renamed <- imageRename(inDir = images_raw,
                       outDir = images_renamed,
                       hasCameraFolders = FALSE,
                       copyImages = TRUE)

Menambahkan label hak cipta

Jalankan skrip dibawah ini untuk membuat cadangan data dan mengganti nama file foto/video

# Nama label hak cipta
copyrightTagToAdd <- "FHK2014"

# Menambahkan label hak cipta
addCopyrightTag(inDir = images_renamed,
                copyrightTag = copyrightTagToAdd,
                askFirst = FALSE,
                keepJPG_original = FALSE)

Melakukan identifikasi dengan cara drag & drop

Memindahkan foto/video ke dalam folder spesies

Membaca data kamera intai

Kedua fungsi di bawah ini digunakan untuk membuat tabel deteksi spesies dan memeriksa nama latin yang digunakan dari pangkalan data ITIS (Integrated Taxonomic Information System)

# Membaca data kamera intai dan menyalinnya kedalam data tabular sebagai tabel deteksi spesies
rec_db <- recordTable(inDir = images_renamed,
                               IDfrom = "directory")

# Memeriksa nama latin dengan pangkalan data ITIS
splist <- unique(rec_db$Species)
checkNames <- checkSpeciesNames (speciesNames = splist,
                                  searchtype = "scientific")
Table 1: Tabel deteksi spesies
Station Species DateTimeOriginal Date Time delta.time.secs delta.time.mins delta.time.hours delta.time.days Directory FileName n_images
ACRS01 Varanus salvator 2014-11-05 10:34:54 2014-11-05 10:34:54 0 0 0 0 D:/simulasi_fhk/Round_1/images_renamed/ACRS01/Varanus salvator ACRS01__2014-11-05__10-34-54(1).JPG 1
ACRS01 Varanus salvator 2014-11-05 10:34:55 2014-11-05 10:34:55 1 0 0 0 D:/simulasi_fhk/Round_1/images_renamed/ACRS01/Varanus salvator ACRS01__2014-11-05__10-34-55(2).JPG 1
ACRS02 Chalcophaps indica 2014-10-24 10:03:18 2014-10-24 10:03:18 0 0 0 0 D:/simulasi_fhk/Round_1/images_renamed/ACRS02/Chalcophaps indica ACRS02__2014-10-24__10-03-18(1).JPG 1
ACRS02 Chalcophaps indica 2014-10-24 10:03:19 2014-10-24 10:03:19 1 0 0 0 D:/simulasi_fhk/Round_1/images_renamed/ACRS02/Chalcophaps indica ACRS02__2014-10-24__10-03-19(2).JPG 1
ACRS02 Chalcophaps indica 2014-10-24 10:03:20 2014-10-24 10:03:20 1 0 0 0 D:/simulasi_fhk/Round_1/images_renamed/ACRS02/Chalcophaps indica ACRS02__2014-10-24__10-03-20(3).JPG 1
ACRS02 Macaca fascicularis 2014-11-12 11:28:01 2014-11-12 11:28:01 0 0 0 0 D:/simulasi_fhk/Round_1/images_renamed/ACRS02/Macaca fascicularis ACRS02__2014-11-12__11-28-01(1).JPG 1
Table 2: Hasil inspeksi nama latin
tsn user_name scientificName commonName authorship rankname itis_url taxon_status
174117 Varanus salvator Varanus salvator Common Water Monitor (Laurenti, 1768) Species https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=174117 valid
177222 Chalcophaps indica Chalcophaps indica Common Emerald Dove (Linnaeus, 1758) Species https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=177222 valid
180098 Macaca fascicularis Macaca fascicularis Long-tailed Macaque/Crab-eating Macaque (Raffles, 1821) Species https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=180098 valid
573021 Macaca nemestrina Macaca nemestrina Sunda Pig-tailed Macaque/Southern Pig-tailed Macaque (Linnaeus, 1766) Species https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=573021 valid
NA Presbytis cristata NA NA NA NA NA NA

Menambahkan nama spesies kedalam setiap file

SpecNameAppend1 <- appendSpeciesNames(inDir            = images_renamed,
                                      IDfrom           = "directory",
                                      hasCameraFolders = FALSE,
                                      removeNames      = FALSE,
                                      writecsv         = FALSE)

Membuat tabel deteksi ke lembar data

# Membaca informasi stasiun kamera
effort <- read.csv("effort.csv")

# membuat data perjumpaan satwa sebagai data tabular
detection <- rec_db %>% 
  dplyr::select(Station, Species, DateTimeOriginal, Date, Time, FileName) %>%
  inner_join(effort, by="Station") %>%
  dplyr::select(Region, Site, Session, Station, Species, Date, Time,FileName) %>%
  rename(Scientific.Name = Species) %>%
  mutate(Taxon.Rank = NA) %>%
  mutate(Age = NA) %>%
  mutate(Sex = NA) %>%
  mutate(Count = NA) %>%
  mutate(Individual = NA) %>%
  mutate(Notes = NA)

# export data tersebut kedalam folder kerja
write.csv(detection, "detection.csv")

Mengingat prinsip data kamera intai

Lembar dataset kamera intai

kedua data tersebut disimpan kedalam satu lembar kerja dengan cuplikan sebagai berikut;

Membuat plot matriks kamera aktif

# Membuat matiks hari aktif kamera
camop <- cameraOperation(CTtable = effort,
                         stationCol = "Station",
                         setupCol = "Setup_date",
                         retrievalCol = "Retrieval_date",
                         writecsv = FALSE,
                         hasProblems = TRUE, #TRUE, ketika diketahui ada kamera yang tidak aktif hingga waktu pengambilan
                         dateFormat = "%d-%b-%y")

# Membuat plot matriks 
camtrapR:::camopPlot(camop)

Figure 1: Matriks waktu aktif kamera intai

Membuat ringkasan usaha kamera intai

# Menghitung total efektif kamera dan rerata per kamera intai
effective_trap_nights <- rowSums(camop, na.rm = T) %>%
  as.data.frame() %>%
  colSums(.)
mean_trap_nights_per_camera <- rowSums(camop, na.rm = T) %>%
  as.data.frame() %>%
  colMeans(.)

# Total stasiun
total_stations <- nrow(camop)

# Jarak rerata antar kamera terdekat
nd_ct <- st_as_sf(effort, coords = c("Longitude", "Latitude"),
                  crs = "+proj=longlat +ellps=WGS84 +datum=WGS84 +no_defs")
dist.mat <- st_distance(nd_ct)
mean_distance_camtrap <- mean(nn.dist <- apply(dist.mat, 1, function(x) {
  return(sort(x, partial = 2)[2])
}))

# Menggabungkan semua informasi diatas
summary_effort <- round(rbind(effective_trap_nights, mean_trap_nights_per_camera, total_stations, mean_distance_camtrap)) %>% as.data.frame()
Table 3: Ringkasan usaha kamera intai
.
effective_trap_nights 92
mean_trap_nights_per_camera 30
total_stations 3
mean_distance_camtrap 328

Membuat ringkasan temuan satwa

# Menambahkan satu kolom berisi tanggal dan waktu sekaligus
detection <- detection %>%
  mutate(DateTimeOriginal = as.POSIXct(paste(Date, Time)))

# Membuat independent event dengan batas waktu 30 menit
detection_30m <- detection %>%
  filter(!Scientific.Name=='StartEnd') %>% #Mengeluarkan tim yang memasang dan melepas kamera
  camtrapR:::assessTemporalIndependence(deltaTimeComparedTo = "lastIndepentRecord",
                                        columnOfInterest = "Scientific.Name",
                                        stationCol = "Station",
                                        minDeltaTime = 30,
                                        camerasIndependent = FALSE) %>%
  drop_na(Scientific.Name) %>%
  dplyr::select(Station, Scientific.Name, DateTimeOriginal, FileName, n_images) %>%
  mutate(IE = 1)

# Membuat ringkasan temuan satwa
sum_table <- detection_30m %>%
  group_by(Scientific.Name) %>%
  summarise(
    n_images = sum(n_images),
    IE = sum(IE),
    n_locs = n_distinct(Station)) %>%
  ungroup() %>%
  mutate(RAI = IE / (effective_trap_nights/ 100),
         `raw_occ` = n_locs / total_stations) %>%
  mutate(across(5:last_col(), ~round(., 2))) %>%
  arrange(desc(n_images))

# Membuat plot ringkasan temuan satwa
layout(matrix(c(1,1,2), 1, 3, byrow = TRUE))
par(mar=c(5,16,1,1))
barplot(sum_table$IE,
        names.arg = as.expression(lapply(sum_table$Scientific.Name, function(x) bquote(italic(.(x))))),
        las = 1, cex.names = 1, xlab = "Independent event", horiz = TRUE)
par(mar=c(5,1,1,1))
barplot(sum_table$raw_occ, las=1, cex.names=0.7, xlab="Proportion of sites detected", horiz=T, xlim=c(0,1))
Table 4: Ringkasan temuan satwa
Scientific.Name n_images IE n_locs RAI raw_occ
Macaca fascicularis 7 3 2 3.28 0.67
Chalcophaps indica 3 1 1 1.09 0.33
Macaca nemestrina 3 1 1 1.09 0.33
Varanus salvator 2 1 1 1.09 0.33
Presbytis cristata 1 1 1 1.09 0.33

Figure 2: Plot ringkasan temuan satwa

— Step 2 —
Ekplorasi data lebih lanjut

Memuat dataset baru

Perhatian

Karena data kamera sebenarnya terikat dengan Perjanjian Kerahasiaan (NDA), untuk kelas ini kita akan menggunakan data yang dapat diakses publik melalui situs DRYAD. Data yang disajikan sudah diedit untuk memudahkan praktik, sehingga hasil dari simulasi ini tidak menggambarkan hasil nyata dari penulis aslinya

Memuat dataset baru

# Mengatur lokasi folder untuk analisis
setwd("D:/simulasi_fhk/Round_2") #bisa diganti untuk directory yang berbeda

# Membaca data stasiun kamera yang baru
effort <- read.csv("station_adv.csv")

# Membaca data deteksi satwa yang baru
detection <- read.csv("detection_adv.csv")
detection <- detection %>%
  mutate(DateTimeOriginal = as.POSIXct(paste(Date, Time), format = "%d-%b-%y %H:%M"))
Table 5: Ringkasan usaha survei
.
effective_trap_nights 309
mean_trap_nights_per_camera 22
total_stations 14
mean_distance_camtrap 554

Figure 3: Matriks waktu aktif kamera intai

Figure 4: Plot ringkasan temuan satwa

Memetakan sebaran spesies

# Membuat data sebaran spesies
map_sp <- detectionMaps(CTtable      = effort,
                        recordTable  = detection,
                        Xcol         = "Longitude",
                        Ycol         = "Latitude",
                        stationCol   = "Station",
                        speciesCol   = "Scientific.Name",
                        printLabels  = TRUE,
                        richnessPlot = FALSE,
                        speciesPlots = FALSE,
                        addLegend    = TRUE
)

# Menampilkan sebaran spesies di peta
map_sp <- st_as_sf(map_sp, coords = c("Longitude", "Latitude"),
                   crs = "+proj=longlat +ellps=WGS84 +datum=WGS84 +no_defs")
mapview(map_sp, zcol = "n_species", layer.name = "Species Number")

# Membuat file shapefile dari data tersebut
output_shapefile <- "D:/simulasi_fhk/Round_2/sebaran.shp"

# Export temuan spesies ke shapefile
st_write(map_sp, output_shapefile)
Figure 5: Peta interaktif sebaran satwa

Membuat grafik aktivitas satwa

# Membuat grafik aktivitas satwa
detection_30m$Species <- detection_30m$Scientific.Name

# Membuat pola aktivitas bobcat
activityDensity(recordTable = detection_30m,
                species     = 'Lynx rufus') # ganti nama spesies ini untuk satwa lainnya

# Membuat pola aktivitas tumpang tindih antara 2 spesies
activityOverlap (recordTable = detection_30m,
                 speciesA = "Lynx rufus",
                 speciesB = "Ursus americanus",
                 plotR = TRUE,
                 pngMaxPix = 1000,
                 linecol = c("black", "blue"),
                 linewidth = c(5,3),
                 linetype = c(1, 2),
                 olapcol = "darkgrey",
                 add.rug = TRUE,
                 extend = "lightgrey",
                 ylim = c(0, 0.25),
                 main = paste("Tumpang tindih: ", "Lynx rufus", "-", "Ursus americanus")
)

Membuat grafik aktivitas satwa (Tingkat lanjut)

Dalam paper yang ditulis oleh Ridout and Linkie (2009), penulis mengestimasi koefisien tumpang tindih kepadatan untuk dua spesies dan menghitung estimasi interval kepercayaan dengan menggunakan bootstrap. Kita dapat mereplikasi analisis tersebut dengan cara sebagai berikut

library(overlap)

# Mengganti informasi waktu seusai dengan format yang dibutuhkan dalam package overlap
detection_30m$time <- (hour(detection_30m$DateTimeOriginal)*60 + minute(detection_30m$DateTimeOriginal))/(24*60)  
detection_30m$radtime <- detection_30m$time * 2 * pi

# Membuat aktivitas satwa yang mau dianalisis
beruang <- detection_30m[detection_30m$Scientific.Name == "Ursus americanus",]$radtime
kucing <- detection_30m[detection_30m$Scientific.Name == "Lynx rufus",]$radtime

# Memlihat jumlah observasi kedua spesies tersebut
length(beruang) + length(kucing)
[1] 239

Jika total kedua sampel >50, estimator yang akan digunakan adalah Dhat4, namun jika kurang dari itu parameter yang akan digunakan adalah Dhat1. Dalam konteks ini karena sampel kedua data sejumlah 239, kita akan menggunakan estimator Dhat4

overlap_est <- overlapEst(beruang, kucing, 
                          type="Dhat4")

bs <- bootstrap(beruang, kucing, 
                1000,              #jumlah pengulangan yang akan dipergunakan
                type="Dhat4")

mean(bs)
[1] 0.574076
bootCI(overlap_est,bs)['basic0', ]
    lower     upper 
0.2613035 0.6744936 

Pada hasil tersebut didapatkan estimasi tumpang tindih dengan interval kepercayaan sebesar 0,58 (0,26 - 0,66)

— Step 3 —
Membuat matriks deteksi untuk analisis okupansi

Membuat matriks deteksi untuk analisis okupansi

DetHist <- detectionHistory(recordTable          = detection,
                            camOp                = camop_adv,
                            stationCol           = "Station",
                            speciesCol           = "Scientific.Name",
                            recordDateTimeCol    = "DateTimeOriginal",
                            species              = "Lynx rufus", #ganti untuk spesies lain
                            occasionLength       = 5, #ganti nilai ini jika diperlukan
                            day1                 = "station",
                            datesAsOccasionNames = FALSE,
                            includeEffort        = TRUE,
                            scaleEffort          = FALSE)

# Melihat matriks deteksi
DetHist$detection_history
        o1 o2 o3 o4 o5 o6 o7
SCBI_17  0  1  0  0  0 NA NA
SCBI_18  0  0  0  0  0 NA NA
SCBI_21  0  0  0  0  0 NA NA
SCBI_22  0  0  0  0  1 NA NA
SCBI_23  0  0  0  0  0 NA NA
SCBI_27  0  0  0  0  0  0 NA
SCBI_28  0  0  0  1  0  0  0
SCBI_29  0  1  0  0  0 NA NA
SCBI_30  0  1  0  0  0 NA NA
SCBI_34  1  0  0  0  0  0  0
SCBI_36  0  0  0 NA NA NA NA
SCBI_37  0  0  0 NA NA NA NA
SCBI_4   0  0  0 NA NA NA NA
SCBI_41  0  0  0  0 NA NA NA
# Melihat usaha per deteksi
DetHist$effort
         o1 o2  o3  o4  o5  o6  o7
SCBI_17 4.5  5 5.0 5.0 1.5  NA  NA
SCBI_18 4.5  5 5.0 5.0 3.5  NA  NA
SCBI_21 4.5  5 5.0 5.0 4.5  NA  NA
SCBI_22 4.5  5 5.0 5.0 4.5  NA  NA
SCBI_23 4.5  5 5.0 5.0 3.5  NA  NA
SCBI_27 4.5  5 5.0 5.0 5.0 4.5  NA
SCBI_28 4.5  5 5.0 5.0 5.0 5.0 4.5
SCBI_29 4.5  5 5.0 5.0 3.5  NA  NA
SCBI_30 4.5  5 5.0 5.0 3.5  NA  NA
SCBI_34 4.5  5 5.0 5.0 5.0 5.0 1.5
SCBI_36 4.5  5 4.5  NA  NA  NA  NA
SCBI_37 4.5  5 1.5  NA  NA  NA  NA
SCBI_4  4.5  5 4.5  NA  NA  NA  NA
SCBI_41 4.5  5 5.0 0.5  NA  NA  NA
# Melihat ringkasan data
umf <- unmarkedFrameOccu(y=DetHist[["detection_history"]])
summary(umf)
unmarkedFrame Object

14 sites
Maximum number of observations per site: 7 
Mean number of observations per site: 4.86 
Sites with at least one detection: 6 

Tabulation of y observations:
   0    1 <NA> 
  62    6   30 

— Step 4 —
Membuat matriks deteksi untuk analisis kepadatan satwa

Membuat matriks deteksi untuk analisis kepadatan satwa

# Konversi koordinat dari effort

# Transfrom dataframe menjadi objek spasial
effort_sf <- st_as_sf(effort, coords = c("Longitude", "Latitude"), crs = 4326)

# Konversi koordinat dan menambahkan ke dalam dataframe
effort_sf_utm <- st_transform(effort_sf, crs =32617) 
effort$utm_x <- st_coordinates(effort_sf_utm)[, 1]
effort$utm_y <- st_coordinates(effort_sf_utm)[, 2]

Membuat matriks deteksi untuk analisis kepadatan satwa

sdh <- spatialDetectionHistory(recordTableIndividual = detection, 
                               species               = "Lynx rufus", #spesies yang akan dianalisis 
                               output                = "binary",
                               camOp                 = camop, 
                               CTtable               = effort,
                               stationCol            = "Station", 
                               speciesCol            = "Scientific.Name",
                               Xcol                  = "utm_x",
                               Ycol                  = "utm_y",
                               individualCol         = "Individual",
                               recordDateTimeCol     = "DateTimeOriginal",
                               recordDateTimeFormat  = "%Y-%m-%d %H:%M:%S",
                               occasionLength        = 5, 
                               day1                  = "station",
                               includeEffort         = TRUE,
                               timeZone              = "Asia/Kuala_Lumpur")
# Melihat ringkasan matriks deteksi individu
summary(sdh)
Object class       capthist 
Detector type      proximity 
Detector number    14 
Average spacing    492.4891 m 
x-range            744684.2 749726.4 m 
y-range            4307702 4309435 m 

Usage range by occasion
      1 2   3 4 5 6   7
min 4.5 5 1.5 0 0 0 0.0
max 4.5 5 5.0 5 5 5 4.5

Counts by occasion 
                   1  2  3  4  5 6 7 Total
n                  1  2  0  2  1 0 0     6
u                  1  2  0  0  0 0 0     3
f                  1  1  1  0  0 0 0     3
M(t+1)             1  3  3  3  3 3 3     3
losses             0  0  0  0  0 0 0     0
detections         1  3  0  2  1 0 0     7
detectors visited  1  3  0  1  1 0 0     6
detectors used    14 14 14 11 10 3 2    68
# Melihat plot pergerakan individu
plot(sdh, track=T)

# Membuat buffer
my_traps <- traps(sdh)
my_mask <- make.mask(my_traps,
                     buffer = 2500,
                     spacing = 500, type = "trapbuffer")

# Melihat buffer dengan lokasi kamera 
plot(my_mask)
plot(my_traps, add=T)

Terima Kasih!

🙏🏼 Mohon beritahu saya penilaian anda terkait materi ini melalui survei singkat ini;

🏡 Material: Kelas Konservasi #15

Menjalin silaturahmi!

🔗 linkedin

🖥 github

🐦 twitter/x

Ridout, M. S., and M. Linkie. 2009. “Estimating Overlap of Daily Activity Patterns from Camera Trap Data.” Journal of Agricultural, Biological, and Environmental Statistics 14 (3): 322–37. https://doi.org/10.1198/jabes.2009.08038.